Selamat Datang di Dunia PhotoGraph

Selamat Datang di Dunia PhotoGraph

Selasa, 23 Agustus 2011

BAHAYA radiasi HP !

Dewasa ini perkembangan dan kemajuan teknologi sungguh terlihat sangat mengakar dalam menunjang aktivitas kita sehari-harinya. Salah satunya adalah kemajuan teknologi komunikasi dalam mengirim dan menerima informasi. Kebutuhan untuk menggunakan kemajuan teknologi komunikasi mungkin sudah menjadi suatu kebutuhan pokok bagi kita yang hidup di style-era modern seperti sekarang ini.
Namun apakah kita mengetahui jika kita tidak menggunakan fasilitas teknologi komunikasi dengan benar, maka dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan dan membahayakan, terutama dari segi kesehatan. Seperti contoh dengan adanya fasilitas informasi dengan menggunakan media internet, maka jika disalahgunakan dapat menyebabkan effek negatif atau hal buruk baik secara individual maupun sosial.
Salah satu teknologi yang patut kita cermati adalah dalam menggunakan manfaat handphone atau ponsel sebagai salah satu saranan telekomunikasi yang paling ng-trend saat ini. Sebuah kenyataan jika kita mendapatkan informasi bahwa penggunakan handphone sebagai alat komunikasi telah berkembang sangat pesat di Indonesia. Salah satu hal yang mendukung adalah dengan adanya tarif harga pulsa yang kian murah dari periode sebelumnya. Sebagai informasi tambahan nih selain kebijakan pemerintah, salah satu faktor yang menyebabkan harga pulsa turun derastis terutama jika dibandingkan era -90 an adalah adanya perang tarif atau persaingan harga antar operator itu sendiri.
Harga tarif pulsa yang murah memang pada dasarnya sangat menguntungkan bagi konsumen seperti kita ini, namun ada juga dampak jeleknya loeh! Tahu tidak kalau kita menggunkan handphone untuk telepon terlalu lama maka bahaya radiasi yang ditimbulkan dapat membahayakan kesehatan kita loeh! Walaupun belum ada penelitian yang final tentang bahaya radiasi handphone jika digunakan berlebihan akan berdampak buruk bagi kesehatan (selain dampak kantong kering he4!), tapi setidaknya lebih baik kita menggunakan handphone sebagai salah satu alat komunikasi, dengan benar agar terhindar dari bahaya radiasi handphone yang kita gunakan. Berikut ini beberapa tips sederhana yang sangat membantu agar kita dapat mengurangi dampak bahaya radiasi hanphone bagi tubuh kita:
  1. Jika memungkinkan sebaiknya menggunakan peralatan tambahan seperti misalnya headset ketika berbicara di telepon. Karena walaupun dengan menggunakan headset tidak 100 persen menghilangkan radiasi, tapi setidaknya mengurangi radiasi itu sendiri! Atau jika memungkinkan sebaiknya menggunakan fasilitas loudspeaker. Kemudian jika kita memilih untuk menggunakan headset maka usahkan agar device (ponsel) jauh dari tubuh kita.
  2. Jika tidak memungkinkan menggunakan fasilitas loudspeaker atau tool bantuan seperti headset, maka sebaiknya mengurangi bicara di telepon dan sebaliknya lebih banyak mendengar. Sebagai informasi tambahan nih, handphone yang kita gunakan tersebut umumnya akan memancarkan radiasi ketika kita menggunakan untuk SMS atau ketika kita bicara, tapi tidak akan memancarkan radiasi jika kita cukup mendengarkan lawan kita bicara saja sewaktu digunakan untuk telepon!
  3. Sebisa mungkin jika masih bisa SMS, sebaiknya jangan ttelpon. Karena selain untuk ngirit pulsa, energi yang dibutuhkan untuk SMS lebih kecil jika kita gunakan untuk telepon. Hmm… semakin besar energi yang digunakan maka semakin besar pula radiasi yang akan terpancar begitu juga sebaliknya! Jadi ngerti kan maksudnya?
  4. Terkadang kita pergi ke daerah yang miskin sinyal, dan biasanya jika hp kita  gunakan untuk menelpon maka sinyalnya akan lemah (putus-nyambung). Logikanya begini, jika sinyal lemah maka handphone akan semakin kuat memancarkan radiasi untuk mencari sinyal lemah tersebut, selain itu keadaan seperti ini juga akan menyebabkan baterai cepat kosong. Nah, oleh karena itu sebaiknya hindari penggunaan handphone jika sinyalnya lemah.
  5. Terkadang karena alasan sayang dan ingin ponsel yang kita miliki tetep awet, maka kita sering menggunakan cashing tambahan atau pelindung tambahan. Jika kita menggunakan pelindung tambahan dan kita gunakan untuk telepon maka sinyal akan terperangkap dan handphine akan memancarkan radiasi yang lebih kuat untuk menemukan sinyal yang stabil. Nah oleh karena itu sebaiknya tidak usah memakaikan pelindung tambahan untuk Handphone kita dech (kecuali jika handphone-nya bener2 mahal gila… he4x).
  6. Hindari penggunaan handphone dari anak-anak, karena otak anak-anak dapat menyerap bahaya radiasi hanphone lebih cepat dan lebih banyak dari pada orang dewasa (dapat mencapai 2 x lipat).

Bahaya & kebaikan memakai softlens

Bagi yang pertama kali memakai lensa kontak (soft lens), kadang mata seperti belekan (ada kotoran), apalagi kalo didepan komputer terlalu lama. Penglihatan lama kelamaan akan menjadi kabur. Hal ini dikarenakan, pada umumnya lensa kontak dibuat dari bahan plastik yang mengandung air. Bila dipakai lama kelamaan kandungan airnya akan berkurang, sehingga akhirnya akan menyerap air dari permukaan mata. Inilah yang menyebabkan mata terasa kering dan pedas. Hal ini akan terjadi lebih cepat bilamana berada di tempat yang panas, naik motor, kena asap rokok atau tempat ber-AC (misalnya mall).
Oleh karena itu, secara berkala mata perlu untuk ditetesi cairan tetes mata. Lensa kontak juga perlu dicopot dan direndam untuk membersihkan kotoran yang menempel.
Softlens juga mempunyai kualitas, ketebalan dan komposisi bahan yang berbeda-beda, yang mungkin saja tidak cocok dengan mata. Juga perlu dipertimbangkan pula untuk mata tipe mudah iritasi, sebaiknya jangan lama-lama memakai lensa kontak. Disarankan, untuk kerja mata yang berat (semisal mengetik dengan komputer) pergunakan saja kacamata.

Resensi buku "HARUS BISA ! "

Saya adalah penggemar buku-buku yang bertemakan kepemimpinan. Selama ini buku-buku dari Jack Welch, Bill Gates sampai Tiger Woods dan Jose Mourinho sudah banyak saya baca. Tapi jujur saja, saya sudah lamat tidak membaca buku biografi kepemimpinan dari orang Indonesia. Kalau saya tidak salah ingat, mungkin buku yang terakhir adalah buku otobiografi mantan Presiden Soeharto di saat saya masih SMP (kalau tidak salah bukunya berjudul “Soeharto, Bapak Pembangunan”. Tidak banyak yang saya ingat dari buku tersebut, kecuali cover bukunya yang dilukis secara brilyan oleh Basoeki Abdullah. Namun seingat saya, buku tersebut banyak dikomentari oleh orang sebagai buku “promosi Pak Harto”, atau “buku propaganda”. Saat itu saya masih terlalu kecil untuk dapat memahami arti hal tersebut, tapi yang jelas buku tersebut sempat menarik minat saya karena banyak cerita dan foto-foto liputan kegiatan Pak Presiden yang membuat saya mengagumi sosok beliau.
Hal yang sama saya rasakan saat pertama melihat buku ‘Harus Bisa!’ karangan asisten Presiden SBY, Dino Patti Djalal, di Gramedia beberapa waktu yang lalu. Saat saya membolak balik beberapa halaman, saya terkesan dengan suatu foto yang begitu indah, foto saat helikopter Presiden SBY beranjak dari Pasema, Jayawijaya, Papua. Foto ini menarik minat saya untuk membaca secara singkat tulisan yang datang bersamanya. Gaya penulisan yang berbentuk cerita dan penuh fakta-fakta menarik dan foto-foto yang eksklusif membuat saya memutuskan untuk membeli buku ini.
Singkat kata, buku sangat menarik untuk dibaca. Saya banyak menemukan cerita-cerita menarik di belakang layar kehidupan SBY sebagai presiden Republik Indonesia. Posisi Dino sebagai pembantu Presiden SBY membuat dirinya senantiasa berada di front seat untuk menyaksikan saat-saat bersejarah SBY berkiprah sebagai Presiden RI pertama yang dipilih melalui Pemilihan Umum. Membaca cerita yang dipaparkannya, saya semakin tersadar bahwa menjadi Presiden RI pada saat ini adalah suatu tantangan kepemimpinan yang luar biasa.
Sebagai Presiden RI, pemimpin harus berdedikasi untuk bekerja keras; Anda akan temukan di buku ini cerita-cerita di mana SBY bekerja sampai dini hari, dan sering membuat pembantu-pembantunya kalang kabut mengejar deadline. SBY juga jarang melewati weekend tanpa tugas kepresidenan. Kondisi fisik prima dan ketahanan terhadap stress menjadi syarat mutlak.
Pemimpin juga harus berhati lapang; sanggup menerima kritik, hasutan dan perlakukan yang tidak mengenakkan dari banyak pihak, dan mampu menempatkan posisi dalam menanggapi hal ini, seperti kasus fitnah dari Eggy Sudjana yang sempat mengemuka beberapa tahun yang lalu.
Presiden RI juga membutuhkan pemimpin yang berintelektual tinggi. Contoh cerita di mana SBY terlibat langsung dalam menggagas Global Inter-Media Dialogue, atau upayanya menggolkan Bali Roadmap dalam Climate Change Conference di tahun 2007, membuat saya terus terang meragukan apakah (dengan penuh rasa hormat), Megawati, sanggup melakukan hal yang sama saat beliau menjadi Presiden.
Satu hal lain juga menarik dari kriteria kepemimpinan seorang Presiden adalah kemampuan dalam mengambil keputusan. Banyak orang yang mengatakan bahwa SBY adalah seorang yang indecisive. Mungkin saja hal itu benar. Namun kalau saya berusaha menyelami masalah yang dihadapi SBY, suatu pengambilan keputusan yang impulsif dan spontan justru bisa menimbulkan reperkusi yang panjang di masa mendatang bagi bangsa ini. Dalam pekerjaan saya, saya juga sering menyaksikan bagaimana keputusan strategis harus diambil dalam waktu yang singkat karena desakan kompetisi. Dalam konteks negara, timing pengambilan keputusan yang tepat bukan berarti semakin cepat keputusan diambil, hal itu lebih baik. Tergantung dari konstelasi politik yang dihadapi. Yang jelas, buku ini membuat Anda akan lebih mengapresiasi beberapa proses pengambilan keputusan yang diambil oleh SBY.
Tapi yang paling utama dalam era reformasi adalah Presiden RI harus merupakan pemimpin yang memiliki intergritas moral yang tinggi. Sewaktu SBY berkampanye untuk menjadi Presiden RI di tahun 2004, saya sudah mengira kalau SBY merupakan figur calon presiden yang paling jauh dari korupsi. Sebagai Jenderal TNI, beliau terlihat sederhana, kontras dengan beberapa Jenderal atau bahkan Kolonel TNI yang saya pernah temui atau lihat. Di dalam buku ini, Dino juga menuturkan beberapa cerita akan kesederhanaan SBY kendati telah menjadi presiden. Jam tangan SBY misalnya, masih merupakan jam tangan yang sama yang dikenakan beliau saat mengenal Dino pertama kali di tahun 2000.
Komitmen SBY dalam menumbuhkan budaya korporat dalam pemerintahannya juga patut diacungi jempol. Buku ini akan menampilkan sisi PNS yang berbeda dengan pandangan awam. PNS yang responsif, dan profesional. PNS yang bekerja sama kerasnya dengan karyawan swasta yang kadang dituntut bekerja around-the-clock demi target penjualan. Karyawan yang musti berintelektualitas tinggi untuk dapat mengimbangi atasannya. Dan SBY pun diceritakan bak manajer yang jempolan. Seorang pemimpin yang dapat dekat dengan bawahannya, namun tidak segan “mendamprat” apabila bawahannya melakukan hal yang kurang memuaskan. SBY juga tampil sebagai manajer yang sanggup memberikan panduan dan arahan yang baik untuk pengembangan karir anak buahnya.
Sounds like too good story to be true? Too perfect as a leader? Yes, maybe it is. Justru di sini lah kelemahan buku ini. There is no other side of story. Kelemahan dan kekurangan SBY kurang ter-ekspos. Namun mengingat tema buku ini, saya juga tidak bisa melihat bagaimana hal tersebut dapat dimasukkan ke dalam buku ini. Mungkin akan tidak sesuai misi buku ini, mungkin status penulis sebagai bawahan langsung SBY juga tidak memungkinkan hal tersebut, atau malah mungkin akan menjadi suatu bagian “sumbang” dari suatu rentetan cerita yang mengagumkan dari sosok seorang SBY.
Namun terlepas dari itu semua, terlepas dari apakah buku ini merupakan buku “propaganda” SBY untuk menghadapi Pemilihan Presiden di tahun 2009, ataupun terlepas apakah cerita-cerita yang dipaparkan oleh Dino merupakan suatu cerita ala sinetron yang penuh dramatisasi, tapi yang jelas buku ini banyak memberi pelajaran bagi kita untuk menyelami “what it takes to be leader”. Komplikasi antara waktu yang terbatas, stakeholders yang beragam, masalah yang selalu muncul, membuat kita tersadar menjadi seorang pemimpin yang besar bukan hanya membutuhkan kapabilitas dan ketrampilan yang terus menerus dikembangkan, tapi kadang juga memerlukan suatu bakat dan garis tangan seseorang untuk menjadi pemimpin.
Dan akhirnya, buku ini telah berhasil membuat saya mengagumi figur seorang SBY, seperti saya mengagumi figur Soeharto saat saya masih kecil dulu. Hanya saja, semoga kekaguman saya kali ini tidak berubah di kemudian hari.

Paramore

Paramore dibentuk pada tahun 2004 di Franklin, Tennessee, Amerika Serikat oleh vokalis Hayley Williams, gitaris Josh Farro dan Taylor York, drummer Zac Farro, serta bassist Jason Clarke. Namun pada saat mereka akan masuk ke dunia major label, pihak label kurang setuju dengan keberadaan Taylor York dan Jason Clarke. Kemudian Hayley membawa bassist Jeremy Davis dan gitaris Jason Bynum untuk menggantikan mereka, dan pihak label pun setuju. Paramore lalu menandatangani kontrak dengan Fueled by Ramen pada April 2005.[4][5] Nama Paramore sendiri dikabarkan diambil dari nama ibu dari bassist pertama mereka.

Album pertama mereka berjudul All We Know Is Falling dan dirilis pada Juli 2005. Dari album ini mereka merilis 3 single, yaitu: Pressure, Emergency, dan All We Know. Meskipun begitu, album ini dibuat tanpa kehadiran bassist Jeremy Davis. Hal tersebut dikarenakan tepat sebelum proses rekaman, Jeremy memutuskan untuk keluar dari band. Oleh karena itu, album ini dirilis dengan hanya 4 personil yang dikreditkan. Sebenarnya kepergian Jeremy memberikan dampak yang besar pada Paramore saat itu, dan hal tersebut menginspirasi Hayley untuk menulis lagu All We Know, dimana di dalam lagu tersebut berisi baris "All We Know Is Falling".[5] Di album ini juga terdapat lagu Conspiracy, yang merupakan lagu pertama yang ditulis bersama oleh semua personil. Pada lagu "My Heart" terdapat satu-satunya scream dari Josh Farro sebagai backing vocal.
Selama tour AWKIF, Paramore merekrut John Hembree sebagai bassist untuk tour.[7] Walapun begitu, tidak lama kemudian Jeremy kembali bergabung dengan Paramore sebagai bassist tentunya.[8] Ketika Paramore merilis Emergency sebagai single kedua dari album ini, Jason Bynum sudah tidak lagi berada di Paramore dan digantikan oleh Hunter Lamb.[9] Pada tahun 2007, Hunter Lamb juga memutuskan untuk keluar dari band untuk menikah
Dengan beranggotakan 4 orang, Paramore merilis album kedua mereka yaitu Riot! pada Juni 2007. Dari album ini mereka merilis 4 single: Misery Business, Hallelujah, Crushcrushcrush, dan That's What You Get. Single pertama mereka, Missery Business, menerima kritik positif dan menjadi hits secara instant, membuat nama Paramore semakin melejit.
Selama tour Riot!, mereka merekrut teman lama mereka, Taylor York, sebagai gitaris tambahan untuk tour.[10] Pada Februari 2008, Paramore membatalkan 6 konser mereka di Eropa untuk menyelesaikan permasalahan internal yang menyelimuti band. Dibawah semua tekanan itu mereka merilis single That's What You Get pada Maret 2008. Namun, setelah sepertinya menyelesaikan permasalahan internal band, pada Mei 2008 Hayley menyatakan bahwa Paramore akan berada pada tour The Final Riot!. Di tour ini, mereka merekam konser mereka untuk membuat sebuah album live bernama "The Final Riot!" yang dirilis pada November 2008.
Pada Oktober 2008 Paramore merilis sebuah single berjudul Decode yang diambil dari OST. film Twilight Saga. Mereka berkontribusi membrikan 2 lagu pada OST tersebut yaitu Decode dan I Caught Myself.[11] Pada bulan November, video klip dari Decode memulai pemutaran perdana. Decode dibawah nama film Twilight membawa Paramore semakin terkenal, terutama di kalangan remaja putri penggemar film drama. "Decode" menjadi nominasi di MTV movie awards untuk kategori "Best Soundtrack".
Pada tahun 2009, Paramore merilis album ketiga mereka yang berjudul "Brand New Eyes" pada tanggal 29 September yang bertepatan pada ulang tahun gitaris mereka, Josh Farro. Pada album ini, Taylor York telah menjadi anggota tetap Paramore, sehingga kali ini mereka merilis album dengan personil 5 orang. Paramore menyatakan bahwa album ini telah mempererat hubungan mereka sebagai band, setelah sebelumnya sempat terjadi keretakan. Untuk itulah mereka memberi nama album ini "Brand New Eyes" yang menggambarkan sudut pandang baru dari setiap personil. Dari album ini mereka merilis 5 single: Ignorance, Brick By Boring Brick, The Only Exception, Careful, dan Playing God.[


Pada 18 Desember 2010, melalui situs resmi Paramore, mereka menyatakan bahwa kakak-beradik Josh dan Zac Farro resmi keluar dari Paramore[16]. Hayley mengatakan bahwa belakangan ini mereka sudah merasa tidak bahagia di Paramore. Namun dengan jumlah personil 3 orang, Hayley Williams, Jeremy Davis, dan Taylor York menyatakan untuk tetap melanjutkan apa yang telah mereka jalani selama ini.[17][18] Pada 22 Desember, Josh, melalui sebuah blog kontroversial, menceritakan versinya sendiri tentang alasan dia dan adiknya keluar dari Paramore.[19]
Hayley menyatakan bahwa kepergian Farro bersaudara pasti akan mempengaruhi musik Paramore, tapi mereka akan tetap pada genre asli mereka yaitu Alternative Rock.[20] Dalam tour 2011, mereka merekrut personil tour Justin York (gitar) dan Josh Freese (drum), serta tetap masih dibantu oleh Jon Howard (keyboard).